Mitos Tentang Olahraga Lari

 

Good Day,
Beautiful Friday..

Hai ladies, sedari dulu olahraga sudah dipercaya dapat memberikan segudang manfaat untuk tubuh.

Salah satunya pada olahraga lari.

Olahraga lari banyak digemari karena mudah dilakukan dan tidak memerlukan banyak peralatan.

Bahkan, olahraga lari tidak hanya membawa dampak positif bagi kesehatan fisik tetapi juga kesehatan mental. Misalnya :

  • Meningkatkan kualitas otak
  • Menyehatkan jantung
  • Meningkatkan fungsi organ ubuh
  • Membantu menurunkan berat badan
  • Meningkatkan stamina
  • Meredakan kecemasan dan stres
  • Memperbaiki kualitas tidur
  • Meningkatkan rasa percaya diri
  • Membuat lebih bersemangat

 

Namun, selain memiliki banyak manfaat, lari juga dikenal dengan beragam mitosnya loh.

Hm.. mau tahu apa aja? Yuk disimak..

 

  1. Lari tanpa alas kaki bisa mengurangi risiko cedera

Fungsi alas kaki seperti sepatu lari ialah untuk memberikan kenyamanan dan melindungi kaki selama lari.

Jika kamu tidak memakainya saat lari, risiko terjadinya cedera justru akan lebih besar. Sebab lari tanpa alas kaki dapat memberikan tekanan berlebih pada otot dan sendi kaki.

Selain itu, kamu juga akan lebih rentan terkena benda tajam yang dapat melukai kaki.

Untuk itu, ungkapan lari tanpa alas kaki bisa mengurangi risiko cedera adalah mitos.

 

 

  1. Olahraga lari berbahaya untuk kesehatan lutut

Banyak orang beranggapan kegiatan lari bisa menyebabkan cedera lutut karena cara kerjanya yang memberikan tekanan berlebih pada kaki.

Olahraga lari memang bisa berbahaya apabila kamu memiliki masalah osteoarthritis dan berat badan berlebih. Pada kondisi seperti ini biasanya kamu tidak dianjurkan untuk berlari secara terus-menerus dan diharuskan berkonsultasi terlebih dahulu ke dokter.

Tapi, kalau lututmu dalam keadaan normal serta diimbangi dengan berat badan yang sehat. Tentu lari tidak akan membawa dampak buruk untuk lutut.

Rutin lari dapat membantu tulang dan ligamen tubuh semakin kuat dan lebih padat.

Jadi, anggapan olahraga lari berbahaya karena dapat menyebabkan masalah pada kesehatan lutut merupakan mitos.

 

 

  1. Kaki kram dipicu oleh dehidrasi dan kekurangan elektrolit

Menurut penelitian yang diterbitkan dalam British Journal of Sports Medicine tahun 2011, para ahli tidak menemukan adanya hubungan yang signifikan antara kejadian kram dengan dehidrasi atau kehilangan elektrolit pada pelari.

Natrium dan kalium memang dua jenis elektrolit penting yang dapat menjaga kesehatan fisik selama lari.

Namun, terjadinya kram kaki saat lari bukan disebabkan oleh dehidrasi dan kekurangan elektrolit dalam tubuh, sehingga pendapat tersebut ialah mitos.

Kemungkinan terjadinya kram lebih berkaitan karena tidak berlatih dengan benar dan menyebabkan kelelahan otot.

 

 

  1. Lari setiap hari supaya mendapatkan hasil maksimal

Mengejar target bakar kalori boleh-boleh saja, tapi bukan berarti tidak menyediakan waktu istirahat.

Jadi, agar kegiatan larimu memberikan hasil yang optimal, hindari lari setiap hari apalagi untuk kamu yang masih pemula.

Perlu diketahui ketika berolahraga, beberapa otot di dalam tubuh mengalami kerusakan. Untuk kembali pulih, otot memerlukan waktu.

Maka dari itu, beristirahatlah setidaknya satu hari dari pelatihan setiap minggu untuk menormalkan kembali otot-otot tubuh yang bekerja.

 

 

  1. Wajib pemanasan sebelum lari

Pemanasan memang harus dilakukan sebelum memulai olahraga agar otot-otot di tubuh lebih rileks .

Tapi untuk olahraga lari, tergantung pada jenisnya.

Menurut Tamra Llewellyn, asisten profesor kesehatan di University of Nebraska, mengatakan kepada Livestrong bahwa tidak semua lari membutuhan pemanasan.

Kalau kamu hanya beraktivitas lari dengan intensitas yang lebih lambat atau jogging, melewatkan pemanasan tidak menjadi masalah.

Namun, jika kamu lari dengan intensitas cepat, melakukan jogging selama beberapa saat sudah cukup dijadikan pemanasan untuk mengawali lari.

Beberapa peregangan dinamis juga akan terasa lebih baik untuk dilakukan sebelum lari.

Contoh peregangan dinamis : gerakan lunges, leg swings atau butt kicks.

 

 

  1. Lari hanya boleh dilakukan oleh kawula muda yang sehat saja

Kawula muda memiliki stamina yang lebih prima sehingga lebih mudah untuk melakukan olahraga lari.

Oleh karena itu, tidak sedikit yang berpikiran bahwa olahraga lari hanya boleh dikerjakan oleh kawula muda saja, padahal untuk orang dewasa yang berumur matang pun bisa.

Meskipun fungsi organ tubuh, otot dan tulang akan mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya usia.

Tapi, rentang usia tidak boleh dijadikan penghalang bagi siapapun yang ingin berusaha tetap sehat dengan olahraga lari. Apalagi untuk kamu yang sudah terbiasa olahraga lari sedari muda.

Dalam satu penelitian yang diterbitkan dalam British Journal of Sports Medicine, ditemukan bahwa orang berusia di atas 60 tahun yang memulai program olahraga teratur dapat menua dengan cara yang lebih sehat daripada mereka yang tidak aktif.

Berlari sebenarnya dapat membantu menjaga kesehatan seiring bertambahnya usia.

 

 

  1. Tidak perlu latihan memperkuat otot

Dilansir oleh livestrong.com, pelatih profesional Keith McDonald mengatakan bahwa pelari yang lebih sering melakukan latihan memperkuat otot (strength training) memiliki risiko lebih kecil terkena cedera saat olahraga lari.

Menjalani sejumlah latihan seperti squat dan pushup adalah beberapa latihan yang sangat disarankan untuk pelari.

Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa latihan kekuatan efektif dan bermanfaat bagi pelari.

Latihan kekuatan meningkatkan performa lari dan dapat mengurangi risiko cedera.

Jadi, beredarnya anggapan kalau pelari tidak perlu latihan lain untuk memperkuat otot ialah salah.

 

 

  1. Mengonsumsi minuman olahraga selama atau setelah lari

Energimu tidak terbuang cukup banyak bila hanya lari sekitar 30 menit, maka tidak diharuskan untuk meminum minuman olahraga berkalori tinggi.

Jika durasi lari sekitar 30 menit atau kurang dari 1 jam, air putih adalah pilihan terbaik.

Jadi, walaupun minuman olahraga mengandung kalori dan elektrolit yang bisa membantu dalam olahraga lari.

Sebenarnya jenis minuman olahraga ini paling bermanfaat untuk sesi lari dengan waktu lebih dari satu jam untuk menggantikan kalori dan elektrolit yang hilang selama latihan.

 

 

  1. Sepatu empuk mencegah cedera

Tidak ada sepatu yang dapat mencegah cedera, risiko cedera selalu ada!

Seluruhnya bergantung pada pelari.

Beberapa pelari memang membutuhkan lebih banyak bantalan, baik karena biomekanik mereka, level di mana mereka berlatih, balapan atau tingkat pengalaman.

Akan tetapi ada sebagian besar pelari menyukai bantalan yang lebih sedikit.

Untuk pelari, bantalan lebih banyak berarti akan lebih banyak bobot.

Oleh karena itu, beban sebenarnya menjadi musuh terbesar bagi pelari.

 

 

10. Pelari sejati tidak boleh berjalan

Pelatih lari populer, Jeff Galloway, memiliki program di mana dia menggabungkan lari dengan berjalan kaki.

Jadi, anggapan bahwa lari tidak boleh diselingi dengan berjalan kaki ialah tidak benar.

 

 

11. Banyak minum saat lari

Saat lari, kamu tidak bisa minum terlalu banyak.

Jangan memaksakan diri untuk menelan air putih atau mengonsumsi minuman olahraga melebihi tingkat kenyamananmu.

Minum terlalu banyak cairan dapat menyebabkan masalah seperti penurunan kadar natrium dalam tubuh hingga tingkat yang tidak sehat.

Kondisi seperti ini disebut hiponatremia.

 

 

12. Lebih bagus lari di luar daripada di treadmill

Berdasarkan sebuah studi yang dirilis oleh Journal Medicine of Science yang diterbitkan pada tahun 2008 menunjukkan bahwa meskipun keduanya tidak persis sama, keduanya sangat sebanding dalam hal mekanika lari.

Jadi, lari menggunakan treadmill sama bermanfaatnya dengan stimulasi otot.

 

Itulah beberapa mitos seputar olahraga lari yang tidak perlu di percaya.

 

 

Yuk.. cintai tubuhmu dengan berolahraga

XOXO, Wanabe

 

 

 

Cover Photo : https://www.fool.com/the-ascent/credit-cards/articles/citi-credit-card-application-rules-what-you-need-to-know/

 

Add Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

twitter
instagram
facebook